Teringat obrolan beberapa masa silam dengan bos yang berkeluh kesah kenapa usaha nya di bidang Hitech di Semarang belum berkembang sesuai harapan, dan teringat pula curhatan seorang rekan yang pada masa itu masih jobseeker, tentang minimnya lowongan perusahaan bonafide di semarang, dan yang menarik jawaban kedua orang tersebut sama ,sambil berkelakar dan sedikit misuh " SEMARANG bangsane urusan tele yo payu"

sebagai anak kost dan beberapa tahun terakhir menghabiskan waktu di jalanan kota semarang dan sekitarnya, tentunya ketergantungan akan masakan mbok, mbak atau bapak2 di luar sono menjadi kebutuhan utama, seiring berjalannya waktu makan tidak hanya kebutuhan untuk memenuhi rasa lapar dan dahaga namun terkadang ada hal yang lebih dari sekedar itu seperti asyiknya mencari dimana tempat makan yang pas di kantong (baca : Murah), bercita rasa tinggi dan cozy

apabila melihat perkembangan jaman, Semarang dalam urusan perut cukup berkembang pesat, pada masa sebelum 2000an, masih sedikit food court dan tempat makan, demikian piula dari sisi variasi menunya pun relatif masih sedikit, masih standart dan belum di kemas secara menawan dan inovatif,

Dulu semarang hanya di kenal di Tahu Pong,Tahu Gimbal, Loenpia, Bandeng presto, wingko babat, RM OEN, dsb, dan kalo mencari kawasan kuliner hanya sebatas di simpang lima dan Jl. pahlawan namun sekarang hampir seluruh masakan dari nusantara, Barat, dan China serta beberapa varians dan content menu seperti nasi goreng,bakmi, ayam goreng atau ayam dsb, dapat di Semarang dan hal tersebut belum termasuk yang ada di mall atau hypermarket yang tumbuh banyak di Semarang

kita melihat bagaimana transformasi dari Jl. Gajahmada yang dulunya hanya ada beberapa pedagang sate Perko ( emperan toko), dan beberapa rumah makan, menjelma menjadi JL. Kuliner, karena dipenuhi oleh berbagai macam tempat makanan, dari Manggala Food Festival,beberapa resto baik bertaraf internasional maupun Lokal seperti Ayam Goreng Lombok Ijo dsb,

Hal serupa juga dapat di temui di sepanjang jalan Pleburan Barat di waktu malam, yang pada masa sebelum tahun 2000an hanya ada 3 penjual makanan, sekarang hampir 30an lebih dan melebar hingga sepanjang jl. Hayam wuruk, singosari, dsb baik berupa tenda maupun tempat semi permanen serta juga berdiri beberapa cafe yang cozy

demikian pula di kawasan tembalang, dari patung kuda & diponegoro, ngesrep timur, prof sudharto, Banjarsari dari jalanan sepi menjadi kawasan kuliner dari kelas tenda hingga resto ada semua dengan beragam pilihan masakan dan menu serta suasana yang menawan hati

hal demikian juga berkembang hampir keseluruh pelosok Semarang dari jalan protokol, utama maupun perumahan akan cukup mudah di temui kawasan kuliner, tempat makan baik tenda ataupun resto, hal inilah yang membuktikan sebuah adagium "bahwa bisnis makanan "matang "tak kan pernah surut, hilang satu tumbuh seribu".

Comments (0)